Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG), yang sering disebut sebagai Oscars of Watchmaking, kembali digelar tahun ini dan menandai edisi ke-25 sejak pertama kali diadakan pada 2001.
Tahun ini, lebih dari 1.000 anggota GPHG Academy menyeleksi ratusan karya dari 184 merek. Hasilnya, hanya 90 merek yang berhasil masuk daftar finalis, di mana 84 di antaranya jam tangan dan 6 lainnya jam meja. Semua bersaing di 15 kategori berbeda, dari Men’s Complication hingga Tourbillon. Di puncaknya, ada penghargaan utama Aiguille d’Or sebagai simbol kehormatan tertinggi bagi karya yang dianggap paling menonjol di sepanjang tahun.
Tahun lalu, IWC Schaffhausen membawa pulang trofi tersebut lewat Portugieser Eternal Calendar, yang dikenal karena presisi fase bulannya yang hanya meleset satu hari dalam 45 juta tahun. Karena itu, ekspektasi kembali meningkat pada tahun ini dan banyak yang menebak kemungkinan arah baru horologi modern datang dari nama-nama yang sudah lama jadi pemain besar.
Table of Contents
ToggleSorotan dari Para Finalis
Dari semua peserta, beberapa merek besar kembali mencuri perhatian lewat pendekatan yang berbeda. Audemars Piguet, misalnya, melanjutkan eksplorasinya di ranah desain kontemporer. Koleksi Royal Oak terbaru menampilkan sentuhan yang lebih halus tanpa kehilangan identitas sporty-nya, menggabungkan craft klasik dengan interpretasi modern yang terasa sangat relevan untuk pasar saat ini.
Sementara itu, Bvlgari tetap menunjukkan dominasinya di kategori ultra-thin watchmaking. Setelah bertahun-tahun memimpin dengan Octo Finissimo, rumah asal Roma ini membuktikan bahwa inovasi teknis bisa berjalan berdampingan dengan desain yang minimalis dan elegan.
Di sisi lain, Breguet dan Chopard menegaskan bahwa arah masa depan horologi tidak selalu harus futuristik. Breguet kembali menampilkan guilloché klasik dan finishing tangan yang jadi identitas maison sejak abad ke-18. Chopard, lewat koleksi L.U.C, memperlihatkan komitmen pada pembuatan mesin in-house yang presisi dan efisien.
Franck Muller menjadi warna tersendiri di antara finalis. Dengan desain berani dan komplikasi rumit yang khas, Muller kembali menonjol lewat kreasi yang eksentrik namun tetap fungsional. Di tengah banyaknya jam tangan yang bermain aman, Muller memilih untuk tampil apa adanya, dan penuh karakter.
Tur Dunia dari Jenewa Hingga ke Dubai
Seperti tradisi setiap tahunnya, sebelum malam puncak di Jenewa, jam-jam finalis GPHG menjalani tur internasional. Shanghai menjadi pemberhentian pertama di awal Oktober, bertepatan dengan masa Golden Week. Dari sana, pameran bergerak ke Istanbul dan kemudian kembali ke Jenewa, tepatnya di Musée d’Art et d’Histoire, tempat semua karya dipamerkan hingga pertengahan November. Setelah pemenang diumumkan pada 13 November 2025, seluruh koleksi akan berangkat ke Dubai Watch Week sebagai penutup perjalanan.
Tur ini bukan sekadar pameran. Tur ini turut menjadi cara bagi publik untuk melihat lebih dekat karya yang biasanya hanya bisa dinikmati lewat kaca butik atau museum. Para pengunjung—mulai dari kolektor, jurnalis, hingga mahasiswa desain—bisa memahami bagaimana seni dan teknik berpadu dalam satu objek kecil di pergelangan tangan.
Menjelang Malam GPHG 2025
Malam penghargaan akan berlangsung di Bâtiment des Forces Motrices, Jenewa, pada 13 November 2025. Saat lampu-lampu mulai meredup dan satu per satu karya terbaik tahun ini tampil di panggung, para kolektor dan pembuat jam tangan tahu bahwa yang dipertaruhkan bukan hanya piala, tapi pengakuan dari komunitas horologi dunia.
Setelah dua puluh lima tahun, GPHG tetap menjadi tolak ukur penting bagi industri. Dan bagi banyak orang, itulah alasan mengapa dunia masih menunggu setiap detiknya.
